Sunday, May 15, 2011

Konsep Cerdas Istimewa (AKSELERASI)

A. Konsep Cerdas Istimewa

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menggunakan istilah warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Penggunaan istilah potensi kecerdasan ini berkait erat dengan latar belakang teoritis yang digunakan. Potensi Kecerdasan berhubungan dengan kemampuan intelektual, sedangkan bakat tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual. Pendapat ini mula-mula dikemukakan oleh United States Office of Education (Feldhusen, 1994) bahwa anak berbakat adalah anak yang diidentifikasi oleh orang dengan kualifikasi profesional. Anak-anak yang telah mampu menunjukkan prestasinya dan atau berupa potensi kemampuan pada beberapa bidang seperti: 1) kemampuan inteligensi umum; 2) kemampuan akademik khusus (specific academic aptitude); 3) berpikir produktif atau kreatif; 4) kemampuan kepemimpinan; 5) kemampuan di bidang seni; 6) kemampuan psikomotorik.
Beberapa jenis kemampuan lainnya seperti yang disebut oleh Gardner dengan teorinya yang dikenal Multiple Intelligences (1983) yaitu, kecerdasan linguistik, kecerdasan musikal, kecerdasan spasial, kecerdasan logikal matematikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal.
Pengertian Cerdas Istimewa dalam program percepatan belajar ini dibatasi hanya pada kemampuan intelektual umum saja. Ada dua acuan yang bisa digunakan untuk mengukur kemampuan intelektual umum yaitu acuan unidimensional, yang lebih dikenal sebagai batasan yang diberikan oleh Lewis Terman (1992) dan acuan multimensional, yang disampaikan oleh Renzulli, Reis, dan Smith (1978) dengan Konsepsi Tiga Cincin (The Three Ring Conception).
Dalam mengidentifikasi peserta didik cerdas istimewa menggunakan pendekatan multidimensional, kriteria yang digunakan lebih dari satu (bukan sekedar intelligensi). Batasan yang digunakan adalah peserta didik yang memiliki dimensi kemampuan umum pada taraf kecerdasan ditetapkan skor IQ 125-130 ke atas skala Wechsler (Pada alat tes yang lain = rerata skor IQ plus dua standar deviasi) , dimensi kreativitas tinggi (ditetapkan skor CQ dalam nilai baku tinggi atau plus satu standar deviasi di atas rerata) dan pengikatan diri (Task commitment) terhadap tugas baik (ditetapkan skor TC dalam kategori nilai baku baik, atau plus satu standar deviasi di atas rerata).
C.1. Macam-macam Konsep Cerdas Istimewa
Konsep Cerdas Istimewa saat ini mengacu pada suatu pandangan yang bukan lagi yang disebut monodimensional, suatu pandangan yang multidimensional yang dikemukakan pada awal dan menjadi konsep yang penting dikemukan oleh Renzulli.
Gambar 1.Renzulli’s Three-Ring Theory
Above Average General Ability
High levels of motivation
(Task commitment)
High levels of Creativity









Ketiga kemampuan tersebut (inteligensi, kreativitas, dan task commitment) ini mengarah pada anak-anak cerdas istimewa untuk mempunyai kemampuan-kemampuan atau bakat-bakat istimewa lainnya yang lebih spesifik. Gambar mengenai kemampuan tersebut oleh Renzulli digambarkan sebagai berikut:
Definisi berbakat yang hampir serupa dikembangkan oleh Mönks. Ia mengkaji model yang dikemukakan oleh Renzulli, yaitu dengan memperhatikan interaktif alamiah perkembangan manusia dan proses dinamika perkembangannya, Mönks (1992) memodifikasi Three-Ring Concept menjadi model Triadis atau Triadic Interdependence Model, yaitu kemampuan intelektual, kreativitas, dan motivasi yang tinggi, serta adanya dukungan dari faktor lingkungan sosial
Dari gambar di atas meberi gambaran kita mengenai peran pentingnya faktor eksternal bagi perkembangan dan aktualisasi suatu keberbakatan istimewa yang dimiliki peserta didik, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat atau teman sebaya.
Heller (2004) mengembangkan Model multifaktor yang pada dasarnya merupakan pengembangan dari three ring concept dari Renzulli dan Triadic Interdependence model Mönks serta Multiple Intelligences dari Howard Gardner. Ia menyatakan bahwa konsep keberbakatan dapat ditinjau berdasarkan: 1) faktor bakat (talent) sebagai potensi yang ada dalam individu yang dapat meramalkan aktualisasi performance dalam area yang spesifik. Bakat ini mencakup tujuh area yang masing-masing berdiri sendiri; dan 2) faktor performance (unjuk kerja) dalam delapan area yang spesifik. Bakat (talent) dapat berkembang menjadi performance dengan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu 1) karakteristik kepribadian yang mencakup: cara mengatasi stres, motivasi berprestasi, strategi belajar, kecemasaan terhadap tes, pengendalian terhadap harapan; dan 2) kondisi-kondisi lingkungan yang mencakup: lingkungan belajar yang dikenal, iklim keluarga, kualitas pembelajaran, iklim kelas, dan peristiwa-peristiwa kritis.
Di dalam proses terwujudnya performance, bakat juga dapat mempengaruhi faktor kepribadian dan kondisi lingkungan. Misalnya bakat yang ada pada anak dapat mempengaruhi bagaimana orangtua atau guru memperlakukannya.

Gambar 3. The Munich Model of Giftedness by Kurt A. Heller (2005)






Dalam Munich Model kecerdasan berisi tujuh kemampuan:
Kemampuan intelektual
Kemampuan kreatif,
Kompetensi sosial,
Kecerdasan praktis,
Kecerdasan artistik,
musikalitas,
Ketrampilan motorik.


Delapan bidang performance yaitu:
matematika,
natural sciences,
tehnologi,
Ilmu komputer,
seni (musik, lukis),
bahasa,
atletik, olahraga,
dan relasi sosial.
Karakteristik kepribadian (non koqnitif) yang berpengaruh, antara lain,
motivasi berprestasi,
Strategi belajar dan bekerja,
control expectations,
harapan untuk sukses dan ketakutan untuk gagaldge,
dan konsep diri.

Kondisi lingkungan yang berpengaruh, antara lain:
· Iklim keluarga,
Jumlah saudara dan urutan kelahiran,
Tingkat pendidikan orangtua,
Stimulasi lingkungan rumah
Tuntutan dan prestasi yang dditetapkan orangtua,
Lingkungan belajar yang ramah,
Iklim sekolah (teman sekelas) ,
Gaya pendidkan
Kualitas pengajaran,
Pembelajaran dengan differensiasi
Reaksi social terhadap kesuksesan, maupun kegagalan
Peristiwa kehidupan

Secara lengkap Model Munich mengenai kecerdasan dapat dilihat pada gambar 4 di bawah ini.


Gambar 4. The Munich Model of Giftedness

C. 2. Kecerdasan Intelektual (Intellectual Giftedness)
Yang kita bicarakan disini adalah kecerdasan intelektual atau disebut juga kecerdasan akademikal. Yaitu suatu kecerdasan pada bidang yang berhubungan dengan hal-hal yang menyangkut intelektual dan masalah akademik atau pendidikan di sekolah. Kelompok cerdas istimewa ini
Wechsler memberikan klasifikasi keberbakatan dengan batas sekitar skor 130 ke atas. Feldhusen juga memberikan batasan skor IQ dalam mengidentifikasikan bakat sekitar 125 atau 130. Renzulli memberikan skor IQ di atas rata-rata sebagai batasan untuk mengidentifikasikan keberbakatan. Beberapa ahli mendefinisikan bakat intelektual adalah individu yang mempunyai skor tes inteligensi dua deviasi standar atau lebih di atas rerata. Beberapa ahli yang lain dalam mendefinisikan kurang memberikan batas yang spesifik, dan lebih setuju menggunakan skor pada puncak rentang (sekitar 2% sampai 10%, atau dua deviasi standar atau lebih) pada pengukuran kemampuan umum.
Mönks mengatakan dengan tes inteligensi dengan skor batas IQ 130 ke atas, sedang bila menggunakan prestasi akademik puncak rentang 10%.

C.3. Komponen Cerdas Istimewa
Menurut Renzulli ada tiga komponen dalam cerdas istimewa yaitu 1) Inteligensi; 2) kreativitas; 3) task commitment. Dibawah ini akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Inteligensi : Inteligensi secara garis besar dapat diartikan menjadi tiga, pertama sebagai suatu kemampuan mental individu untuk menyesuaikan diri dengan suatu masalah atau pengalaman-penglaman baru dalam hidup, atau terhadap berbagai macam masalah maupun tuntutan yang timbul dalam ligkungan; Kedua, Inteligensi diartikan sebagai suatu kemampuan individu untuk berpikir abstrak atau kemampuan untuk menggunakan ide-ide, konsep-konsep dan simbol-simbol untuk menghasilkan sesuatu yang berguna, seperti antara lain dalam menghadapi masalah-masalah yang membutuhkan pemecahan dengan simbol-simbol verbal, numerikal, matematika, maupun kemampuan untuk menggunakan formula-formula. Sedangkan pengertian ketiga, inteligensi didefinisikan sebagai kemampuan untuk belajar, artinya inteligensi menunjukkan seberapa jauh seseorang dapat dilatih atau dididik. Makin inteligen makin siap individu tersebut untuk belajar mengenai hal-hal yang lebih banyak, luas, dan mendalam. Seorang inteligen tidak hanya mampu mendapat pengetahuan dan pengalaman yang telah dipelajari saja, tetapi ia mampu pula menerapkannya pada situasi-situasi baru,
Renzulli tidak menyebutkan inteligensi yang superior sebagai suatu hal yang esensial, tetapi cukup pada taraf inteligensi di atas rata-rata. Kemampuan inteligensi yang berada pada taraf di atas rata-rata tersebut bila didukung dengan kreativitas atau cara berpikir yang divergen dan komitmen pada tugas yang tinggi akan memunculkan suatu keberbakatan pada individu.
Renzulli memberikan tekanan pada perilaku sebagai indikator keberbakatan dalam aktivitas proyek kreatif dan ia kurang memberikan ‘status’ indikator, seperti status yang diperoleh dari skor tes inteligensi, dalam ia mendefinisikan keberbakatan.
Di bawah ini adalah gambar atau kurve mengenai distribusi rentang IQ (intelligence quotient), yang mengungkap skor rerata, standar deviasi dan presentasi dari prevalensinya..

2. Kreativitas: kreativitas berasal dari kata Latin creare yang mempunyai arti menciptakan. Kemampuan untuk menciptakan, dimiliki oleh setiap individu, hanya dengan derajat yang berbeda. Guilford adalah ahli yang mula-mula memberikan definisi mengenai kreativitas, yang selanjutnya diikuti oleh ahli-ahli berikutnya. Kreativitas adalah komponen yang sering ditetapkan sebagai kriteria keberbakatan, karena inteligensi yang tinggi belum mampu mengidentifikasikan suatu keberbakatan, bila tidak disertai dengan kreativitas.
Menurut Guilford kreativitas ditandai dengan adanya sensitivitas pada problem; kelancaran berpikir; mempunyai ide-ide baru, dan juga ketepatan dan manfaat ide tersebut; fleksibilitas, mampu menyesuaikan dengan perubahan; kemampuan analisis dan sintesis, pengorganisasian ide ke hal yang lebih luas, meliputi pola dan struktur simbolik diperinci sebelum membentuk sesuatu yang baru; kompleksivitas atau menghubungan ide-ide; dan yang terakhir adalah evaluasi atau penilaian.
Munandar mengembangkan teori Torrance, a) Fluency ditandai dengan mampu mencetuskan banyak ide, banyak cara menyelesaikan masalah dan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban; b) Flexibility, ke rampilan berpikir fleksibel atau luwes ditandai dengan mampu memproduksi gagasan, jawaban dengan berbagai variasi pendekatan bila menemukan masalah; dan mampu melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, serta mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran; c) Originality, Seseorang berpikir original bila mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, mampu membuat kombinasi yang unik dan tidak lazim; d) Elaboration, berarti mampu memperkaya dan mengembangkan gagasan atau produk dan mampu menambahkan atau memperinci detil-detil suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga lebih menarik.
Bagaimanakah hubungan antara inteligensi dengan kreativitas? Hubungan inteligensi dengan kreativitas, munurut beberapa ahli (Breinstein dkk, 1994; Munandar, 1992) inteligensi yang tinggi tidak selalu diikuti dengan kreativitas yang tinggi. Dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa korelasi antara keduanya hanya sekitar + 0,10 hingga + 0,30 (Anastasi dalam Breintein, 1994).

3. Komitmen terhadap tugas (task commitment): Kemampuan inteligensi dan kreativitas tinggi belum mampu memunculkan keberbakatan, karena itu beberapa ahli mengemukakan kriteria lain di luar faktor kemampuan antara lain melibatkan faktor kepribadian, seperti misalnya komponen komitmen pada tugas yang dikemukakan Renzulli (1978), atau komponen motivasi menurut Mönks (1992). Komitmen pada tugas adalah rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang dihadapi, mendorong seseorang untuk tekun dan ulet, meskipun mengalami macam-macam rintangan dan hambatan, melakukan dan menyelesaikan tugas yang telah menjadi tanggungjawabnya, karena ia telah mengikatkan diri terhadap tugas tersebut atas kehendaknya sendiri.
Karakteristik/ciri anak mempunyai task commitment tinggi, menurut Renzulli antara lain:
1). Kapasitas untuk mendalami bidang tertentu yang ditekuni,antusias, keterlibatan
tinggi, rasa ingin tahu tinggi pada bidang yang ditekun;
2). Ketekunan,
3). Daya tahan kerja;
4). Keyakinan diri mampu menyelesaikan tugas;
5). Dorongan untuk berprestasi;
6). Kemampuan mengenali masalah pada bidang yang ditekuni;
7). Kemampuan menanggapi topik yang mutakhir terkait dengan bidang yang ia tekuni;
8). Menetapkan standar kerja yang tinggi
9). Selalu bersedia melakukan introspeksi diri dan terbuka terhadap kritik dari orang lain;
10). Mampu mengembangkan rasa keindahan, kualitas, dan kesempurnaan pekerjaannya,
maupun pekerjaan orang lain.
C.3. Tingkat Kecerdasan Istimewa
Cerdas istimewa ini bila kita mencoba untuk memahami, ternyata bisa dipilah menjadi empat tingkatan. Keempat tingkatan yang terbagi merdasarkan kemampuan inteligensi ini mempunyai karakteristik yang berbeda pada masing-masing tingkat. Gagne membagi Cerdas Istimewa jadi empat tingkat, yaitu
1. Basically gifted) yaitu berada pada taraf +1SD di atas rerata, atau ekuivalen dengan IQ sekitar 112/115, kelompok ini kira-kira berjumlah 15-20%, atau dengan rasio 1 banding 5 atau 6.
2. Moderately gifted mempunyai IQ berada pada +2 SD di atas rerata atau dengan IQ sekitar 125/130, jumlahnya kurang lebih 2-4% dari populasi.
3. Highly gifted yaitu mereka yang tingkat inteligensinya berada +3SD di atas rerata atau IQ kurang lebih 140-145, jumlah sekitar 0,01-0,003% atau 1 banding 300
4. Extremely gifted yaitu +4SD, dengan ekuivalen IQ sekitar 155-160, atau 1 banding 10.000.

C.4. Macam-macam Tipe Cerdas Istimewa
Ada beberapa macam Cerdas Istimewa, masing-masing mempunyai karakteristik dan cara-cara identifikasi yang berbeda dan penanganan serta pendampingan psikologis yang berbeda. Kesemuanya tentu membutuhkan ketrampilan, keahlian dan pengalaman.
Ada empat macam tipe :
Gifted Learner: Gifted Learner adalah peserta didik cerdas istimewa yang mempunyai potensi tinggi dan mampu mengaktualkan atau menunjukkan performansi yang tinggi pula. Kelompok ini yang saat ini telah sediakan program layanan khusus oleh pemerintah, yaitu dengan program akselerasi.
Gifted Underachievement: Gifted Underachievement adalah peserta didik yang mempunyai potensi tinggi, namun ia tidak mampu untuk mengaktualkan seluruh potensinya, sehingga prestasi akademiknya berada di bawah potensi sesungguhnya. Kelompok ini ditandai dengan skor IQ yang tinggi, namun prestasi akademik rendah, jadi dengan kata lain ada diskrepansi yang tinggi antara skor IQ dengan nilai rapor dan hal itu yang menyebabkan ia mengalami hambatan dalam berprestasi, penyebabnya bisa bermacam-macam
Gifted with Learning disability: Gifted dengan Learning disability adalah peserta didik mempunyai inteligensi tinggi, namun ia memiliki kesulitan belajar, seperti contohnya disertai dengan gangguan disleksia, atau mempunyai gangguan komunikasi (Communication disorder), autism, atau disertai dengan gangguan ADHD. Kelompok anak berbakat ini adalah paling sulit diidentifikasi, karena mereka biasanya lebih dipandang sebagai peserta didik yang bermasalah, sehingga pihak sekolah maupun orangtua lebih berupaya menghilangkan kekurangannya dan kurang memperhatikan kelebihan yang dimilikinya.
Asyncronic/Dysincronic Gifted: Gifted a synchronic ini adalah kelompok peserta didik yang mempunyai inteligensi sangat tinggi, namun aspek yang lain tertinggal, misalnya anak usia 5 tahun memiliki kemampuan berpikir/inteligensi (usia mental) seperti anak usia 7 tahun, namun tahap pekembangan emosi sosialnya seperti anak usia 5 tahun. Tentu ini tidak seimbang, dan menimbulakn ketidak harmonisan dia dalam melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan.

No comments:

Post a Comment